SEJARAH DESA RAWA
RIWAYAT SINGKAT BERDIRINYA DESA RAWA
Sejarah
berdirinya Desa Rawa berawal pada abad ke – 17 Masehi. Pada mulanya
merupakan sebuah daerah kecil yang dilingkari rawa-rawa yang membentang
dari
sebelah Barat ke Selatan sampai ke sebelah Timur Desa Rawa.
Wilayah tersebut merupakan daerah kekuasaan kerajaan kecil yaitu kerajaan Talaga Manggung
bawaan kerajaan Galuh. Pada waktu itu kerajaan Galuh merupakan bawahan kerajaan Padjajaran yang menganut agama Hindu.
Berdasarkan
keturunan
nenek moyang orang Desa Rawa, penduduk Desa Rawa berasal dari Kerajaan
Talaga manggung. Pada mulanya Kerajaan Talaga manggung menginvasi atau
mengembangkan wilayahnya ke daerah-daerah seperti Desa Sindangpanji yang
ada di Kecamatan Cikijing, Desa Cimanggu
dan Desa Nagarakembang yang berada di Kecamatan Cingambul, lalu masuk
ke daerah yang berrawa yang sekarang dikenal sebagai Desa Rawa.
Desa
Rawa berbatasan
langsung dengan Kecamatan Talaga di sebelah barat-utara, Desa Sukasari
disebelah timur-utara, Desa Maniis di sebelah barat-selatan, Desa
Nagarakembang di sebelah selatan, Desa Cidadap di sebelah barat.
Pada Tahun 1497 M, Syekh
Syarif Hidayatullah memproklamirkan berdirinya kerajaan Islam di Jawa
Barat tepatnya Kesultanan Cirebon yang terpisah dari kerajaan
Padjajaran.
Sejak
itulah Syarif Hidayatullah sangat sibuk menyebarkan agama Islam di Jawa
Barat karena sangat sibuknya beliau, maka sebuah kerajaan kecil yang
ada di wilayah Talaga menjadi terlupakan dan belum
di sentuh oleh beliau sehingga kerajaan Talaga Manggung pada waktu itu
masih beragama Hindu.
Pada
tahun 1568, Syekh Syarif Hidayatullah wafat dan
di makamkan di Astana Gunung Jati Cirebon. Sekitar tahun 1632 Sedang
Kamuning yang bergelar (Dipati Carbon I) melanjutkan penyebaraan Islam
sampai dengan sekitar tahun 1693, lalu di gantikan oleh Emas Zainul
Arifin yang bergelar (Ratu Pakungwati I) memerintah
sampai dengan sekitar tahun 1743.
Pada
sekitar tahun 1744 Sedang Gayam yang bergelar (Dipati Carbon II)
berkuasa, lalu beliau memerintahkan pada abdinya
untuk menyebarkan Islam ke sebuah kerajaan kecil yang ada di wilayah
Talaga tepatnya didaerah Sangiang, pada waktu itu rajanya masih beragama
Hindu.
Pasukan
utusan Dipati Carbon II tersebut berangkat ke Talaga untuk
mengislamkan wilayah Talaga dan sekitarnya. Singkat cerita utusan
Dipati Carbon II ini tidak berhasil mengislamkan Raja dan Prajurit
Kerajaan Talaga karena konon katanya Raja Talaga Manggung
menghilang dalam bahasa sundanya (Leungit/Ngahiang) dan kerajaan
tersebut amblas ke dalam tanah lalu menjadi sebuah Telaga dalam bahasa
Sunda disebut (Situ) yang sekarang terkenal dengan sebutan (Situ
Sangiang). Sementara para prajuritnya tenggelam dalam situ
tersebut dan berubah menjadi ikan lele putih.
Pada mulanya pemukiman penduduk dimulai di sebelah barat. Sekarang menjadi Blok Rawa Kulon.
Demikian riwayat singkat berdirinya Desa Rawa yang berdirinya sekitar tahun 1744.
1. Keadaan Sosial
Jumlah penduduk Desa Rawa sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar -/+8.000 jiwa dengan kepadatan rata-rata 0.060 jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Majalengka sebesar 0,84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
Jumlah penduduk Desa Rawa sampai dengan akhir tahun 2010 sebesar -/+8.000 jiwa dengan kepadatan rata-rata 0.060 jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Majalengka sebesar 0,84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan.
2. Keadaan Budaya
Budaya yang ada di Desa Rawa dilihat dari segi agama sebagian
besar penduduknya masih aktif dalam kegiatan-kegiatan rutin keagamaan
seperti mengadakan pengajian di setiap langgar/masjid setiap hari.
Kegiatan rutin ini diadakan secara bergilir dalam
setiap satu minggunya dari satu langgar ke langgar lainnya. Itu
merupakan salah satu budaya yang ada di desa rawa, selain itu di desa
rawa ada juga yang dinamakan dimana ibu yang hamil pada usia 4/7 bulanan
suka diadakan acara atau yang disebut babarit. Dan
alhamdulilah budaya orang terdahulu masih suka rutin dilaksanakan.
3. Keadaan Ekonomi
Kesejahteraan
masyarakat Desa Rawa ditinjau dari segi ekonomi sudah cukup memadai.
Hal
ini dilihat dari segi industri yang berkembang pesat. Industri ini
bergerak di bidang pangan yaitu industri keripik (singkong, pisang,
talas, ubi jalar), kacang koro, kue, dan lain-lain. Sedangkan ditinjau
dari segi pertaniannya sebagaian besar masyarakat
Desa Rawa menanam gabah di musim penghujan dan palawija di musim
kemarau. Palawija yang ditanam sesuai dengan bahan baku industri pabrik
seperti singkong dan ubi jalar. Selain itu, penanaman sayur juga banyak
dilakukan oleh masyarakat Desa Rawa. Sayuran yang
ditanam yaitu cabe rawit, kol, kentang, tomat, dan lain-lain. Gak
seedikit juga masyarakat desa rawa yang berdagang ada yang berdagang di
rumah, dan ada juga yang merantau ke luar kota, alhamdulilah masyarakat
desa Rawa sampai sekarang jarang penduduk yang
pengangguran atau tidak bekerja, mereka setidaknya bekerja, dikaranakan
di desa Rawa banyak sekali pabrik-pabrik yang bisa dimanfaatkan warga
penduduknya dengan bekerja. Tidak jarang warga penduduk luar desa
rawapun ada yang bekerja di desa Rawa itu
diskarenakan adanya lowongwn/terbukanya lapangan pekerjaan.